Beberapa hari yang lalu, beberapa sahabat saya
bertanya tentang kapan saya akan pergi “malam mingguan”kaya anak muda jaman
sekarang, katanya, sekedar nongkrong mencari pacar. Mmhh.. pertanyaan yang
berat untuk saya jawab :). Terus terang, jaman sekarang ini dan usia saya sudah
kena lampu hijau untuk ukuran standar mencari pacar. Dan orang tua pun tidak
melarag pacaran, Tapi tunggu dulu, usia seseorang tidak bisa menjamin kematangan seseorang, baik cara
pandang maupun pemikiran.
Lalu aku pun bertanya tentang pacaran apa itu
pacaran? Sahabatku berpendapat pacaran itu jika cowok dan cewek saling suka,
lalu salah satunya nyatain cinta dan yang satunya menerimanya, itu berarti udah
pacaran. Lalu kegiatan mereka itu jalan
berdua, makan, nonton, curhat-curhatan. Pokoknya just for fun! Ada juga
orang-orang tujuannya untuk lebih mengenal sebelum pernikahan
“Apa iya pacaran hanya sekadar itu? Yakin? Apa nggak
ada yang namanya menuntut adanya sentuhan fisik yang tak seharusnya?” Tanyaku
Dia hanya tersenyum tipis, mungkin mengiyakan
Kontak fisik sebelum pernikahan? Apa itu benar?
Apa itu bisa melindungi kita sebagai perempuan? Itu tanda cinta? Apa dengan
itu, perempuan dihargai?
Bukan rahasia lagi kalau di jaman yang katanya
modern ini, sentuhan fisik yang berlebihan bahkan menjurus seks sudah jadi
bumbu penyedap dalam pacaran (Majalah Hai edisi 4-10 Maret 2002). Majalah
Kosmopolitan juga mengadakan riset di lima universitas terbesar di Jakarta, dan
ternyata dari yang mengaku pernah melakukan aktivitas seksual, sebanyak 67,1%
pertama kali melakukan dengan pacarnya.
Sahabat saya hanya diam? Lalu pergi, entah sudah
berapa hari tak tampak lagi dia berkenjung kerumah, lalu suatu siang..
Dia dengan wajah sangat bersedih datang ke rumah
saya dengan berderai deras air mata. hingga dia mengagetkan dengan kata
“Saya ingin mati saja. Buat apa saya hidup lebih
lama lagi jika begini keadaannya? Saya ingin bunuh diri!.”
Mengapa?
Mengapa tercetus keinginan yang sebegitu dasyat
tersebut? Apakah memang hidup sangat memuakkannya hingga ingin segera mengakhiri?
Apakah hidup tidak berarti hingga harus segera dihentikan?
Usut punya usut, ternyata dia baru putus cinta
dengan pacarnya. Mereka putus dengan alas an sang pacar bertemu dengan orang
ketiga yang katanya lebih dan lebih ketimbang sahabat saya itu. Akhirnya. Dan
pada alhirnya Sahabat saya ditinggalkannya Sahabat saya merasa kecewa berat dan
ingin bunuh diri karenanya.
“Buat apa kamu bunuh diri hanya karena putus
cinta?”
“bukan sekedar putus,lebih dari itu. Kau tak
tahu apa saja yang sudah ku korbankan untuk bisa berpacaran dengan diakan! Saya
ingin mati saja karena saya sangat mencintai dia. Rasanya hidup ini tidak akan
indah lagi jika dia tidak ada di sisi saya.”
“Alamak emang dia siapa? Secakep apa dia? Sekaya
apa dia? Atau apa saja lebihnya? Atau ada hal lain yang kau tutupi hingga kau
ingin mati hanya karena putus?””
“Karena aku telah memberikan semuanya, hingga
yang emeng nggak seharusnya, yak kau tahulah…”
Beberapa hari yang lalu baru saja dia menasehati
ku agar cepat mencari pacar, katany agar bisa saling mengenal? Sudah terlanjur
kaya gini, apa ya yang dikenal? Tadi malam baru saja membaca di web http://www.helpnona.com/kabarnona/writing-contest-helpnona-2016 berisi tetang
menghargai diri sendiri terutama jadi perempuan, lalu di web lain ada juga tulisan,
katanya dalam buku The Art of Loving, atau Seni Mencinta, Erich Fromm menulis
bahwa para manusia modern sesungguhnya adalah orang-orang yang menderita.
Penderitaan tersebut diakibatkan karena kehausan mereka untuk dicintai oleh
orang lain. Mereka berusaha keras melakukan apa saja agar dapat dicintai.
Anak-anak muda akhirnya terjerumus ke dalam pergaulan bebas karena mereka ingin
dicintai dan diterima oleh kawan-kawan sebayanya.
Melihat sahabat ku sedih, dia menyerahkan
semuanya, bahkan tubuhnya, lalu setal itu ditinggal dengan alasan yang
menyakitkan, apa itu untungnya pacaran? Bagi para waita tentunya. Masa iya gue
mau jadi wanita bodoh kaya itu, mana didikan timur dari abah sama emak.help me nona... apa yang harus gue pilih!
Kemarin berfikir, oke mereka mungkin benar, aku
harus mulai mencari pacar, tapi bukan berarti mengambil pacar sembarang, aku
harus punya prinsip, mana yang boleh dilakukan mana yang nggak selama pacaran, aku harus milih
“pacaran sehat” tubuh aku emang nggak seindah gitar spayol tapi wajib
dilindungi. Mending jadi High Quality
Jomblo yang pandai memanfaatkan masa kesendiriannya. Waktu, pikiran,
tenaga, dan isi dompetnya nggak dihabisin buat ngurusin cinta yang nggak sehat.
Gue nggak akan ngemis cinta hingga harus mencari-cari pacar. Tapi bukan berarti
nggak mau pacaran, tapi memilih mencari pacaran sehat ala help nona.
Cinta sebenarnya tidak buta, cinta adalah
sesuatu yang murni, luhur dan diperlukan. Yang membuatnya buta ialah, bila
cinta itu menguasai dirimu tanpa pertimbangan. menjadikan kamu bodoh. Gue nggak mau bodoh!
mending kasih pengumuman tapi jangan bilang-bilang polisi ya.
Entar gue didatengin pasukan 88, di sini artinya Jomblo Idaman FBI (Female Bidikan Insanberbudi). gue nunggu pacar yang mengajak pacaran sehat, dan teman-teman yang mau pacaran sehat.