LOMBA BLOGGING IDOL PEWARTA
WARGA HOKI 2012: The
Butts
Tanah yang datar dan luas. Apa yang ditaman diatas tanah
berpengaruh terhadap hasilnya. Pupuk, sinar matahari, dan perlakuan dari
manusia faktor pendukung bagus atau jeleknya hasil dari tanaman. Begitu juga
sekolah, jika menginginkan peserta didik yang berkualitas diperlukan juga
pendidik yang berkualitas.
Universitas
Sebelas Maret yang diresmikan pada tanggal 11 Maret 1976 ini merupakan salah satu Universitas yang ikut
melahirkan calon-calon pendidik yang berkualitas.Hal ini terbukti dari visi dan
misi yang di usung oleh FKIP yaitu berkarakter kuat dan cerdas.
Salah
satu Progam Studi yang ada di lingkup FKIP adalah PGSD, PGSD merupakan kepanjangan dari Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. Sejak calon pendidik memasuki area PGSD para calon pendidik
sekolah dasar ini berteman baik dengan kata disipilin. Salah satu hal yang
menjadi contoh dari kedisiplinan itu terlihat dari cara berpakaian pada saat
mengikuti perkuliahan tidak bisa seenaknnya sendiri, yang diperkenankan
mengikuti perkuliahan adalah mahasiswa dengan seragam hitam putih pada hari
senin selasa rabu bebas dan kamis jumat memakai pakain batik. Pada hari rabu
kami memang diperbolehkan memakai pakai bebas tapi tetap harus mengikuti
peraturannya yaitu tidak diperbolehkan memakai clana yang terbuat dari bahan
jins bagi laki-laki dan bagi mahasiswa perempuan tidak diperkanankan memakai
clana dan harus mengenakan rok. Mungkin bagi mahasiswa dari Prodi lain
menganggap bahwa memakai seragam hitam putih adalah sesautu yang lucu mungkin
juga beranggapan bahwa masa sudah mahsiswa masih harus memakai seragam seperti
anak SMA. Sepintas mendengar kata itu pasti dada langsung sesak penuh dengan
rasa amarah tapi penjelasan sabar dari staf pengajar yang tak lelah dalam
menyemangati calon pendidik, menjadikan kami tak lagi mengambil pusing dengan
cemooh yang menyudutkan. Kerena kami tahu kami di didik untuk menjadi calon
pendidik jadi dari pakaian pun harus mencerminkan seorang pendidik yang
berkarakter kuat dan cerdas. Dan lihatlah pada hari kamis jumat pun kami
memakai pakaian batik, itulah ciri khas yang dimiliki oleh warga PGSD. Tidak
hanya dari pakaian yang mebuatnya berbeda dengan Fakultas lain akan tetapi ada
perlakuan khusus bila sudah ada dihari jumat. Tidak seperti diperguruan tinggi
lain, di PGSD setiap hari jumat kami harus mengikuti upacara bendera dan senam
SKJ. Itu tidak hanya diikuti oleh mahasiswa akan tetapi semua pengajar pun ikut
dalam tradisi yang turun temurun dilakukan.
Selain
keunikan pakaian yang dikenakan kini keunikan lain dari PGSD adalah mata kuliah.
Dalam perkuliahan calon-calon pendidik tidak hanya diajarkan menjadi pendidik
yang profesional akan tetapi adanya mata kuliah seperti karawitan, drama,
pendidikan seni musik serta adanya mata kuliah pilihan membatik sebagai mata
kuliah pilihan yang dapat mengembangkan ketrampilan membatik. Bahkan karena
perlakuan kusus untuk mahasiswa PGSD, maka kampus PGSD pun dipisahkan dari
kampus utama. Karena letak yang dipisahkan dari kampus utama, ada segelinting
mahasiswa yang merasakan terasing dari kampus utama, tapi sekali lagi kesabaran
dari dosen yang selalu mengingatkan kami bahwa kampus terpisah bukan berarti
kami ditinggalkan tapi hal ini dikarenakan kami calon pendidik untuk sekolah
dasar bukan untuk pendidik SMA maupun SMP. SD adalah Sekolah Dasar, yang
merupakan awal cikal bakal pembentukan karakter peserta didik tersebut. Jadi
hal inilah yang menjadikan kami dipisahkan dari kampus utama bukan untuk
membuang kami akan tetapi untuk menjadikan kami lebih disipilin oleh sebab
itulah bagi mahasiswa PGSD pun tak lagi merasa iri karena dipisahkan karena
mereka tahu tujuan dari pemisahan kampus bertujuan untuk mendisiplinkan mereka
calon pendidik bangsa kalangan sekolah dasar.
Ketika
ditanya apa mata kuliah yang menjadi idola kebanyakan mahasiswa akan menjawab
mata kuliah drama sebagai mata kuliah idola mereka, mata kuliah darama adalah
mata kuliah yang mengaharuskan dimana semua mahasiswa menyajikan sebuah drama
yang disaksikan dosen dan semua mahsiswa PGSD.
Salah satu yang tampil adalah mahasiswa kelas C dengan mengambil Tema budaya Indonesia yang dulu heboh karena budaya Indonesia di akui oleh negara tetangga. Mahasiswa dari kelas C pun berani mengambil cerita tersebut dan mementaskannya di depan staf dosen dan mahasiswa yang lain. Terlihat tiga orang yang berasal dari negeri sebrang berusaha mengambil budaya Indonesia, dan dengan tampang yang lugu para penari pun terlihat senang dengan datangnya orang melayu itu dan menganggap mereka akan kaya dengan kedatangan orang melayu tersebut
Salah satu yang tampil adalah mahasiswa kelas C dengan mengambil Tema budaya Indonesia yang dulu heboh karena budaya Indonesia di akui oleh negara tetangga. Mahasiswa dari kelas C pun berani mengambil cerita tersebut dan mementaskannya di depan staf dosen dan mahasiswa yang lain. Terlihat tiga orang yang berasal dari negeri sebrang berusaha mengambil budaya Indonesia, dan dengan tampang yang lugu para penari pun terlihat senang dengan datangnya orang melayu itu dan menganggap mereka akan kaya dengan kedatangan orang melayu tersebut
Begitulah cuplikan
sepintas dari cerita yang Kelas C sajikan dihadapan semua Mahasiswa PGSD.
Dialog dengan apik dibacakan, tak terlihat lagi rasa grogi. Mereka berhasil
memerankan perannya masing-masing
Kalau yang ini lain ini
adalah salah satu foto yang diambil setelah pentas di atas panggung. Wajah-wajah
calon pendidik terlihat bersemangat
karena menyelesaikan pentas drama
dengan apik akan tetapi tak akan ada yang sempurna begitu juga kelompok mereka
Mereka
mendapat kritik di bagian pelafalan naskah. Dari tata panggung sampai pada meng
make up mereka berkreasi sendiri, dengan bantuan teman yang lain mereka saling
bahu membahu membantu kelompok yang akan tampil maju dihadapan Dosen.
Saling membantu dalam persaingan adalah hal yang
dididik dosen dari awal. Terlihat jelas tak ada lagi aroma persaingan semuanya
bekerja sama mewujudkan drama yang layak untuk ditonton
dari bangku penonton pun
tak kalah asik dengan pemain, penonton terlihat asik menikmati
pertunjukan. Walau pun mereka bukan
pemeran seni tapi semua berusaha untuk bermain dengan baik. Dihari selasa itu semuanya bersemangat untuk menampilkan
penampilan terbaiknya setelah hampir lima bulan dididik untuk dapat bermain
drama dengan baik dan setiap kelas ingin menjadi yang terbaik, tapi karena
dididik dari awal untuk sportif dan kompak semuanya bersaing secara sehat
bahkan saling memuji setiap kelompok
yang tampil
Begitu pula dosen, kami
yang maju keatas panggung pun tak luput mendapat kritik dari dosen. Dari
penampilan, tata suara pendukung, bahkan properti yang digunakan semua mendapat
perhatian dari dosen pembimbing
Ini terbukti dari foto
yang berhasil diambil setelah acara pementasan selesai. Antara dosen dan
Mahasiswa menyelesaikannya dengan suka cita
Mungkin
untuk memilih PGSD untuk menjadi pelabuhan terakhir dalam menuntut ilmu belum
masuk dalam angan dan pikiran serta masih dipandang sebelah mata oleh beberapa
kalangan dikarenakan dari penggunaan pakaian yang seragam, serta aturan yang
ketat dalam berprilaku hal inilah yang
menjadikan anak muda malas untuk masuk dalam jaringan PGSD. Tapi
perlakuan sabar dari pembimbing, kekompakan semua penghuni PGSD yang tak pernah
membedakan adanya kesenjangan sosial menjadikan PGSD layak untuk
dipertimbangakan dalam menentukan jurusan yang ingin dimasuki untuk masa depan.
Bagaimanapun
pendapat orang tentang PGSD tapi bagi mahasiswa PGSD sendiri, PGSD merupakan tanah yang
datar dan luas yang ingin
menghasilkan masa depan anak usia tujuh tahun sampai dua belas tahun menjadi
jantung hati Indonesia yang membanggakan tanpa menghilangkan karakter bangsa
yang beradat istiadat. Semoga impian mereka untuk menjadikan PGSD sebagai
sarana untuk menjadikan peserta didik menjadi jantung hati, tak hanya sebuah
angan-angan akan tetapi akan terwujud
dengan kerja keras mereka semua.