KETIKA ADUS DIPERTANYAKAN
Saat senja mulai beranjak meranyap pelan dan hari pun akan berganti menjadi malam, tiba-tiba pintu yang tertutup rapat pun terdengar suara ketukan pintu. Terdengar pelan tapi pasti terdengar aku yang sedang asik bercinta dengan seabreg laporan yang harus dikumpul besok pun harus keluar dan meninggalakan kertas-kertas yang berserakan dimana-mana, dengan langkah menjinjit pun aku berusaha jalan dengan hati-hati agar kertas yang tidur tak tergeser, aku pun melangkah menuju pintu yang sedari tadi tertutup rapat
Ku buka pintu dengan hati-hati maklum pintu ini bukan buatan aku, takut rusak nanti utang ku makin bejibun. Kutarik gagang pintu lalu terbukalah pintu itu buka, kujug-kujug ku lihat sosok yang amat sangat tak asing
“eh ibu, ada apanya bu?”sial anak-anak pada kemana si masa aku harus yang ngadepin keganasan i nenek sihir ini sendirian, tanpa tongkat sihir aku pasti akan kalah
Dengan tampang sadis dan bekeliling memeriksa tiap sudut ruangan dia mengintrogasi ku “mana yang lain”
“nggak tahu bu!” untung Cuma nyain yang lain bukan untung nagih bayar kos padahal aku adalah termasuk orang yang sering ngewatin bayar kos alias nelatan dengan alasan klasik dari jaman Siti Nurbaya sampai Siti Nurhaliza tetep sama yaitu belum dapat kiriman maklum kirimannya lewat kutilang air
Kini aku berkomat-kamit berdoa ala mpok dukun yang meminta biar ada malaikat penolong dengan sayap putih dengan sorotan bintang yang siap menolong aku, sapa coba yang nggak takut tampang ibu kos itu lebih nakutin dari vold the mort nah tuh serem banget kan.
“ kemarin ibu baru mendapatka tagihan air, dan kamu tahu tagihan sangat-sanagt membengkak. Jadi bilang ma anak-anak yang lain bahwa mulai hari ini pemakain air akan dibatasi!”
“ya bu, sayang udah berumur bentar lagi liang lahat juga bakal manggil, kalau nggak ingat itu pasti udah tak cubit”
“kamu bilang apa tadi?”
“Cuma bilanh aya ibu, guti tok”
“ oh, sekarang ibu balik dulu” dengan muka ditekuk ibu pun meninggalkan ku sendiri belum sempat aku menarik nafas eh ibu berbalik arah dan berucap “ jangan lupa bayar kos tepat waktu!”
“baik bu” huff “akhirnya pergi juga!”
Lima menit berlalu, satu persatu penghuni kos pun mulai menampakan hidungnya. Masih terlihat tampang letih mereka tapi aku berniat memberikan mandat yang telah ku dengar yang jelas akan makin menambah beban latih diwajah mereka
“teman-teman khususnya penghuni bungalow ono opone ini, tadi istri dari vold the mort datang”
“istri vold the mort?”
“ah pura-pura lupa kau,itu si bu kos”
“tanggal berapa mereka nikah de’? kenapa kita-kita nggak diundang?”
“tanggal pastinya si kurang tahu mba tapi kayanya tuh nikahnya pas vold the mort pensiun jadi film hayi potey lalu mendirikan bungalow kita ini!”
“bungalow apa an, sani sini bocor dibilang bungalow, bungalow itu mewah de’”
“ni juga mewah kok mba”
“mepet sawah maksude de’!”
“lha kue mba Dede mudeng!”
“udah de’ jangan manjang-manjangin jelasin ngapain itu si istri vold the mort datang” kata mba Dewi yang terkenal nggak sabaran mulai menyerobot kata ku
“beliau bilang mulai hari ini pemaikan air akan dibatasi!”
“APAAAAAAAAAAAA!”
“jengjeng”(suara bunyi musik kaya disinetron-sinetron biar lebih mendramatisir)
“beneran Lun?”sepersekian sedik lili teman sekamar ku udah da tepat dibelakang ku dengan mulut dibelakang kuping ku
“ah loe itu ngageti aku, untung aku bukan bu kos kalau iya pasti aku jatuh pingsan kana serangan organ dalam, iya emang tadi bilang gitu terus sebelum kaluar beliau memutar arah sambil bilang jangn lupa juga tepat bayar kos” tanpa ketinggalan akupun juga mempraktikan gaya saat si ibu berbalik arah aku yakin kalau ada aja ada penghargaan untuk peran paling mirip, aku pasti menang
“lha kita harus gimana nih” Ata yang paling nggak bisa lepas dari air mulai panik, Ata yang senang belama-lama dikamar mandi mulai berbolak-balik arah mencari solusi biar tetap bisa lama berada dikamar mandi, lima menit kulihat Ata mondar-mandir tapi solusi juga belum terlihat muncul
Aku adalah salah satu orang yang tak terlalu mempermasalahkan air, jadi aku rasa takan ada pengaruhnya untuk aku, asal tak mengganggu kasur dan bantal aku aku rasa aku masih dalam tahap aman.
“ah bodo amat, kenapa aku jadi ikut pusing ya, terserah kalian mau demo kek mau bemo terserah,met mikirin jawaban nya bye!”
Kutinggalkan mereka dalam kebisuan, entahlah apa yang terjadi, aku mau tidur ucapku lirih saat aku menutup pintu kamar ku
*****
Hari pertama…………
Seperti biasa saat aku membuka mata yang terlihat orang berjejer tepat depan pintu kamar mandi, yang terlihat dengan mata tertutup dengan posisi berdiri mendekapkan tangan tanpa lupa dengan handuk melilit lehernya. Kalau dalam posisi begini pasti yang ada didalam pasti Ata.
“dug dug dug! Ata cepet! Dah tahu ada pembatasan air mandi bukanne makin cepet malah makin lama!” kata Talita, maklum talita yang paling galak pun harus turun tangan biar si Ata cepet keluar
Bener dugaan ku setelah Talita turun langsung selang 3 menit Ata keluar tapi dengan tangan masih penuh dengan busa sabun, sepontan aku pun tertawa “ hahahaha, tren baru nih, entar ngikut ah”
“Luna diem!”
Dengan tangan menutup mulut ku pun berusaha tak bersuara lagi, tapi tanpa rasa berdosa tiba-tiba Lala lari langsung masuk kamar mandi, langsung terjadilah keributan dibagi buta itu. Aku hanya bisa menghela nafas, sambil kucari remot lalu ku nyalain aja tuh tipi dari pada aku lihat mereka berebut kamar mandi, padahal ada tiga kamar mandi tapi tetep aja kurang. Entah apa yang ada dipikiran mereka, padahal kan mandi belakangan juga kagak apa-apa
30 menit berlalu, saat kutengok ke belakang aku pun berteriak “udah pada selese belon”
“udah, jawab mereka secara kompak”
“saatnya mandi, Li entar yang mau beli sarapan aku nitip”
“ya,” jawab lili maklum lili kan sekamar ma aku jadi dialah yang selalu jadi korban aku ketika aku harus mandi terakhir dan tetap bisa menikmati sarapan
*****
Pagi pun berlalu, jam 5 pagi berganti jadi jam 5 sore, setiap jam 5 pasti akan ada keributan, entah pagi ataupun sore, masalnya pun sama berebut kamar mandi! Aku yang dalam proses pertubuhan pun jadi terganggu oleh ulah mereka, kalau pagi bereka berujar kan masuk pagi entar telat kalau sore alesannya tak lagi takut telat tapi takut entar di apeli masa belum mandi. Alesan klasik!
“kenapa si kalian selalu berebut kamar mandi? Brisik tahu! Lagi nonton tipi nih! Kata ku sambil agak teriak maklum ku juga mulai emosi gara-gara mereka suara tipi tak terdengar malainkan suara meraka yang mengiang telinga ku
“loe kagak pacar si, jadi ngak tahu rasane kalau ketemu tapi belum mandi!”jawab Ata yang tak rela kena semprot ku
“wah jero Ta kata mu, Lun kalau ku jadi kamu pasti nggak terima”Lili pun berusa ngomporin
Dengan santai akupun jawab”mending nggak punya pacar, dari pada punya pacar tapi tiap hari aku harus berebut kamar mandi”
“hahahaha” suara paduan suara pun terdengar dari suara satu mpe suara kesepuluh
Tawaan penghuni kos yang menggaemaparkan pun mengakhiri sore itu, karena masing-masing sudah mulai meninggalkan kos dengan pacar masing-masing tentunya, bener kata Ata aku yang berprifesi sejati sebagai jomblo pun tak bisa menglami rebutan kamar mandi. Alhasil kini aku hanya dikos ma lili, itupun karena pacar Lili yang ada di Maluku membuat mereka sangat jarang bisa ketemu
Memikirkan semua itu pun membuat aku lelah dan berakhir dengan dengkuran panjang.
Hari kedua
“ WOYYYY, BANGUN!”
Teriakan Ata membuatku langsung keluar kamar, hari ini sangat tak biasa karena teriakan itu bukan rebutan kamar mandi.
“apa an si!masih setengah lima nih!”
“lihat ini, masa krane nggak mau keluar aire! Kita nggak bakal bisa mandi!”
“apa!”teriakan lili membuatku makin membuka mata ku makin lebar serta membuat semua penghuni bangun dan berkumpul dengan membentuk lingkaran kita pun duduk bersila, si Tami sebagai tetua pun mulai bersuara
“maren sore sapa yang terkhir mandi”
“mana aku tahu mba! Orang maren aku nggak mandi!”
“huhu, nggak kaget!”
“Luna Ata diem! Ni serius!”
“sekarang jujur aja sapa yang mandi terakhir”
Aku pun diam mulai membuka memori dan mengingat peristiwa tadi malem, makin aku mengingat malah makin tak teringat, “ tadi malem setelah kalian pada keluar aku ma Lili tidur, terus solusine piwa, mba?”
Gelengan kepala Mba Tami pun menegaskan kalau tak tahu bagaiman jawabannya, aku pun hanya bisa berujar” ketika adus jadi pertanyaan tak tak terungkap!”
Senyum kecut dari semunya membuatku ikut-ikutan bingung……. Beberapa saat belalu satu persatu meninggalkan ruang siding, aku pun kekamar mandi sekedar untuk menengok. Saat ingin mencoba buka kran ternyata tanpa dinyana airpu keluar, secepat pun aku berteriak “ aire keluar cahhhhhhh”
“ah iya, bener keluar. Ternyata loe da gunane juga!”
“sialan loe!”
“saatnya mandi! Teriak Ata dengan gembira
Setelah berhari-hari berfikir dan melakukan percobaan kini aku tahu apa yang dimaksud dengan penbatasan air, jadi air hanya dapat nyala mulai pukul lima pagi mpe pukul tujuh, abis itu air nggak bisa keluar dan pukul lima sore air pun mulai bisa keluar lagi tapi hanya sampai pukul delapan malem. Oleh penepuan itu pun kami sepakat akan mulai menampung air sebanyak-banyaknya sewaktu air mengalir
Untung kami cerdas apalagi aku, jadi walaupun si istri vold the mort membatasi air kami tetap bisa mandi dengan cara kami akan bisa menampung air dengan baskom dam ember yang kami punya, sehingga adus pun tak pernah lagi dipertanyakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar