selamat datang

Sabtu, 24 November 2012

Blogger dan Pewarta Warga


Harian Online Kabar Indonesia (HOKI)


LOMBA BLOGGING IDOL PEWARTA WARGA HOKI 2012: The Butts
Tanah yang datar dan luas. Apa yang ditaman diatas tanah berpengaruh terhadap hasilnya. Pupuk, sinar matahari, dan perlakuan dari manusia faktor pendukung bagus atau jeleknya hasil dari tanaman. Begitu juga sekolah, jika menginginkan peserta didik yang berkualitas diperlukan juga pendidik yang berkualitas.
  Universitas Sebelas Maret yang diresmikan pada tanggal 11 Maret 1976 ini  merupakan salah satu Universitas yang ikut melahirkan calon-calon pendidik yang berkualitas.Hal ini terbukti dari visi dan misi yang di usung oleh FKIP yaitu berkarakter kuat dan cerdas.
Salah satu Progam Studi yang ada di lingkup FKIP adalah PGSD, PGSD  merupakan kepanjangan dari Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Sejak calon pendidik memasuki area PGSD para calon pendidik sekolah dasar ini berteman baik dengan kata disipilin. Salah satu hal yang menjadi contoh dari kedisiplinan itu terlihat dari cara berpakaian pada saat mengikuti perkuliahan tidak bisa seenaknnya sendiri, yang diperkenankan mengikuti perkuliahan adalah mahasiswa dengan seragam hitam putih pada hari senin selasa rabu bebas dan kamis jumat memakai pakain batik. Pada hari rabu kami memang diperbolehkan memakai pakai bebas tapi tetap harus mengikuti peraturannya yaitu tidak diperbolehkan memakai clana yang terbuat dari bahan jins bagi laki-laki dan bagi mahasiswa perempuan tidak diperkanankan memakai clana dan harus mengenakan rok. Mungkin bagi mahasiswa dari Prodi lain menganggap bahwa memakai seragam hitam putih adalah sesautu yang lucu mungkin juga beranggapan bahwa masa sudah mahsiswa masih harus memakai seragam seperti anak SMA. Sepintas mendengar kata itu pasti dada langsung sesak penuh dengan rasa amarah tapi penjelasan sabar dari staf pengajar yang tak lelah dalam menyemangati calon pendidik, menjadikan kami tak lagi mengambil pusing dengan cemooh yang menyudutkan. Kerena kami tahu kami di didik untuk menjadi calon pendidik jadi dari pakaian pun harus mencerminkan seorang pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas. Dan lihatlah pada hari kamis jumat pun kami memakai pakaian batik, itulah ciri khas yang dimiliki oleh warga PGSD. Tidak hanya dari pakaian yang mebuatnya berbeda dengan Fakultas lain akan tetapi ada perlakuan khusus bila sudah ada dihari jumat. Tidak seperti diperguruan tinggi lain, di PGSD setiap hari jumat kami harus mengikuti upacara bendera dan senam SKJ. Itu tidak hanya diikuti oleh mahasiswa akan tetapi semua pengajar pun ikut dalam tradisi yang turun temurun dilakukan.
Selain keunikan pakaian yang dikenakan kini keunikan lain dari PGSD adalah mata kuliah. Dalam perkuliahan calon-calon pendidik tidak hanya diajarkan menjadi pendidik yang profesional akan tetapi adanya mata kuliah seperti karawitan, drama, pendidikan seni musik serta adanya mata kuliah pilihan membatik sebagai mata kuliah pilihan yang dapat mengembangkan ketrampilan membatik. Bahkan karena perlakuan kusus untuk mahasiswa PGSD, maka kampus PGSD pun dipisahkan dari kampus utama. Karena letak yang dipisahkan dari kampus utama, ada segelinting mahasiswa yang merasakan terasing dari kampus utama, tapi sekali lagi kesabaran dari dosen yang selalu mengingatkan kami bahwa kampus terpisah bukan berarti kami ditinggalkan tapi hal ini dikarenakan kami calon pendidik untuk sekolah dasar bukan untuk pendidik SMA maupun SMP. SD adalah Sekolah Dasar, yang merupakan awal cikal bakal pembentukan karakter peserta didik tersebut. Jadi hal inilah yang menjadikan kami dipisahkan dari kampus utama bukan untuk membuang kami akan tetapi untuk menjadikan kami lebih disipilin oleh sebab itulah bagi mahasiswa PGSD pun tak lagi merasa iri karena dipisahkan karena mereka tahu tujuan dari pemisahan kampus bertujuan untuk mendisiplinkan mereka calon pendidik bangsa kalangan sekolah dasar.

Ketika ditanya apa mata kuliah yang menjadi idola kebanyakan mahasiswa akan menjawab mata kuliah drama sebagai mata kuliah idola mereka, mata kuliah darama adalah mata kuliah yang mengaharuskan dimana semua mahasiswa menyajikan sebuah drama yang disaksikan dosen dan semua mahsiswa PGSD.
Salah satu yang tampil adalah mahasiswa kelas C dengan mengambil Tema budaya Indonesia yang dulu heboh karena budaya Indonesia di akui oleh negara tetangga. Mahasiswa dari kelas C pun berani mengambil cerita tersebut dan mementaskannya di depan staf dosen dan mahasiswa yang lain. Terlihat tiga orang yang berasal dari negeri sebrang berusaha mengambil budaya Indonesia, dan dengan tampang yang lugu para penari pun terlihat senang dengan datangnya orang melayu itu dan menganggap mereka akan kaya dengan kedatangan orang melayu tersebut
Begitulah cuplikan sepintas dari cerita yang Kelas C sajikan dihadapan semua Mahasiswa PGSD. Dialog dengan apik dibacakan, tak terlihat lagi rasa grogi. Mereka berhasil memerankan perannya masing-masing

Kalau yang ini lain ini adalah salah satu foto yang diambil setelah pentas di atas panggung. Wajah-wajah calon pendidik terlihat bersemangat  karena  menyelesaikan pentas drama dengan apik akan tetapi tak akan ada yang sempurna begitu juga kelompok mereka
Mereka mendapat kritik di bagian pelafalan naskah. Dari tata panggung sampai pada meng make up mereka berkreasi sendiri, dengan bantuan teman yang lain mereka saling bahu membahu membantu kelompok yang akan tampil maju dihadapan Dosen.
Saling membantu dalam persaingan adalah hal yang dididik dosen dari awal. Terlihat jelas tak ada lagi aroma persaingan semuanya bekerja sama mewujudkan drama yang layak untuk ditonton
dari bangku penonton pun tak kalah asik dengan pemain, penonton terlihat asik menikmati pertunjukan.  Walau pun mereka bukan pemeran seni tapi semua berusaha untuk bermain dengan baik. Dihari selasa  itu semuanya bersemangat untuk menampilkan penampilan terbaiknya setelah hampir lima bulan dididik untuk dapat bermain drama dengan baik dan setiap kelas ingin menjadi yang terbaik, tapi karena dididik dari awal untuk sportif dan kompak semuanya bersaing secara sehat bahkan saling memuji setiap kelompok  yang tampil

Begitu pula dosen, kami yang maju keatas panggung pun tak luput mendapat kritik dari dosen. Dari penampilan, tata suara pendukung, bahkan properti yang digunakan semua mendapat perhatian dari dosen pembimbing 
Ini terbukti dari foto yang berhasil diambil setelah acara pementasan selesai. Antara dosen dan Mahasiswa menyelesaikannya dengan suka cita
Mungkin untuk memilih PGSD untuk menjadi pelabuhan terakhir dalam menuntut ilmu belum masuk dalam angan dan pikiran serta masih dipandang sebelah mata oleh beberapa kalangan dikarenakan dari penggunaan pakaian yang seragam, serta aturan yang ketat dalam berprilaku hal inilah yang  menjadikan anak muda malas untuk masuk dalam jaringan PGSD. Tapi perlakuan sabar dari pembimbing, kekompakan semua penghuni PGSD yang tak pernah membedakan adanya kesenjangan sosial menjadikan PGSD layak untuk dipertimbangakan dalam menentukan jurusan yang ingin dimasuki untuk masa depan.
Bagaimanapun pendapat orang tentang PGSD tapi bagi mahasiswa PGSD sendiri, PGSD merupakan tanah yang datar dan luas yang ingin menghasilkan masa depan anak usia tujuh tahun sampai dua belas tahun menjadi jantung hati Indonesia yang membanggakan tanpa menghilangkan karakter bangsa yang beradat istiadat. Semoga impian mereka untuk menjadikan PGSD sebagai sarana untuk menjadikan peserta didik menjadi jantung hati, tak hanya sebuah angan-angan akan tetapi akan  terwujud dengan kerja keras mereka semua.