selamat datang

Rabu, 17 Agustus 2011


Goblin in The Naigt

Senin, 18 februari 2011

Malam beranjak aku pun meneguk segelas susu yang telah tersedia diatas meja samping kasur  kecil ku kuteguk sampai habis, kemudian meletakkan gelas di meja kecil samping tempat tidurku lagi. Dengan rasa mata lelah yang kurasakan aku pun meletakan buku manageman yang kubaca.
Maksud hati ingin membuang rasa penat, aku pun bangkit berdiri serta meletakkan kedua tangan ku di pinggang, dengan gerakan memutarkan pinggulku ke kiri dank e kanan. Tanpa berselang lama akupun mendengar suara gemeretak bunyi tulang punggungku terdengar begitu nikmat.
Jendela yang masih terbuka membuatku melayang jauh terbawa nikmatnya malam penuh dengan alunan angin sepoi mengusap rambut ku, aku rasa ada hal yang menarik yang ditunjukan alam padaku. Di luar terlihat sinar bulan yang baru mulai muncul menyeruak masuk dari jendela kamarku. Serasa alam mengundang ku untuk datang kejamuan malam, dengan menyeret sandal kamar di kakiku, aku pun keluar kamar dan membuka pintu beranda. Dengan maksud hati ingin datang kejamuan malam dan menikmati sajian indahnya panorama malam, tapi pemandangan lain kontan menyedot perhatian saat aku berada dibaranda
Seorang seekor  atau sesosok apalah itu terlihat duduk ditaman rumah. Dari ciri yang terlihat yaitu dengan kukenali dua tanduk di kepala, dengan tanpa mengenakan sehelai kain  tdan tak terlihat alat kelamin serta ekor dengan bentuk mata panah diujungnya. Itulah iblis mungkin juga setan.  Kuamati lekat dan dengan jelas sapa tahu aku salah lihat lalu makin lama makin aku dekati dan ku cari tanda-tanda, apakah ini patung baru yang dibeli ayah (maklum ayah yang penggila patung-patung aneh )tapi ataukah benar iblis yang sebenarnya?
“Hah..!”aku kaget saat ku dengar Ia mendesah panjang
Dalam keterkejutanku, dan dengan rasa takut yang kutahn tanpa pikir panjang aku pun mencopot sandal yang kupakai dan kulempar sekuat tenagaku tepat kearah ia duduk. Tapi sandal yang terbuat dari bulu itu terlalu ringan, serta aku yang bukan tukang bidik yang tepat jadi dengan tidak sengaja bukan terkana wajahnya, tapi sendal itu malah menyangkut di salah satu tanduk merahnya . rupanya sandal telah menggantung disalah satu tanduk  hal itu tidak cukup mengganggu, apalagi mengusirnya. Bahkan ia masih terlihat diam tak berkutik. Masih menahan rasa takut aku tunggu beberapa detik, walaupun kurasakan menjadi berhari-hari tapi si iblis tetap diam seribu bahasa. Lalu kuputuskan mencoba mengusir dengan sebuah triakan dengan taraf tiga oktaf
 "Hai kau yang sedang duduk, pergi dari taman ku!"
Tapi tetap saja si iblis  masih disitu. Entah cinta pada taman rumah ku atau sedang mencari akal karena kehilangan akal dan akhirnya tak ada cara lagi untuk bisa menakuti anak-anak kecil dangan duduk menyandar pada belakang kursi si iblis pun hanya diam tanpa melihat aku yang sedari tadi ketakutan .
Dengan menambah nyali agar tak takut, dan harus berani. Bagaimana pun aku orang yang mempunyai sebuah keyakinan bahwa “orang beragama tidak boleh takut pada Iblis. Aku kan lebih cakep dari pada Iblis” keyakinan ku dalam hati agar rasa takut itu pergi
Lalu akupun kudekati dia, lalu akupun tak kapok untuk mengusirnya pergi dengan pengulang teriakan pertama dengan tangan keatas dan bersiap melempar seblah sandalku apabila terlihat sang iblis mulai macam-macam
Dengan lirikan sinar mata nerahnya Ia punmenoleh sedikit, dan dengan sendal kamar masih menyangkut di tanduknya, membuatku ingin tertawa tapi kutahan lantarana takut, akupun  bersiap atas kemungkinan berhadapan dengan kemarahan sang Iblis gara-gara ulah ku. Tapi yang kulihat membuatku terkejut.
Dari sudut matanya mengalir sebuah tetesan air mata, dari situ akupun tersadar bahwa si iblis membuat ku tahu bahwa si iblis sedang bersedih. Mataku pun bertabrakan dengan mata sang iblis yang  matanya berair. Butiran-butiran air mata tampak turun dari sudut kedua matanya matanya.
Ia pun menoleh dengan sudut lebih besar, kini kulihat wajahnya sangat jelas. Tak terlalu jelek lah untuk berperan sebagai iblis walau pun aku sendiri tak terlalu tahu bagaimana gambaran iblis dalam bayangan ku. Tapi paling tidak wajahnya tidak kalah lah dengan wajah iblis pada kartu yang ku tonton.tidak kalah jelek
Dengan suara yang lebih keras dari yang pertama dan yang kedua aku pun mulai berulaah lagi
"Pergi sana!merusak pemandangan taman ku yang indah!"
Dengan wajah menatap aku Si iblis pun mengamatiku, dengan suara parau si iblis pun menjawab
"Mengapa? apakah kau takut melihat aku?”
Tentu saja aku takut padanya. Siapa manusia yang tidak takut Iblis? Tapi karena akupun yang tak mau kalah aku pun, jadi aku berbohong padanya, "Aku tidak takut sedikit pun padamu!"
Dengan perlahan Si iblis pun mendasah,desahan yang terdengar agak pilu, desahan beberapa kali terdengar lalu terdengar pula ucapan iblis
"Walaupun aku adalah raja dari karajaan iblis? Pemimpin besar dari  Iblis?"
"ya siapapun kamu walaupun kamu raja dari segala raja biang iblis di seluruh dunia dan akhirat ataupun kamu adalah presiden di Negara yang kau pimpin!", jawabku dengan tegas.
"apakah kau serius?"tanyanya pada ku.
Aku agak ragu untuk menjawab pertanyaannya itu. Aku tahu Berbohong itu dosa? Tapi walaupun si Iblis hilang akal tapi sekali iblis tetap saja iblis lihat lah pertnyaan itu membuat ku untuk berbohong. Dengan hanya dalam beberapa detik bercakap dengannya, aku sudah melakukan satu dosa. bahkan dua dosa yang pertama berbohong dan yang kedua karena aku talah melamparnya sebuah sandalku.
Tapi apa iya hanya dengan melempar sandal termasuk perbuatan dosa? Mungkin nanti menjadi tugas ku untuk mencari tahu pada orang yang lebih  dan yang kedua jelas karena kebohongan ku.
Jadi untuk pertanyaan ketiga pun aku hanya diam saja
"Lalu kenapa kau mengusirku?" tanyanya lagi.
"Kau kan adalah Iblis terus katamu tadi kau juga raja dari negerimu sana entahlah. Tentu saja aku benci padamu. Apa yang kau harapkan dari aku? Kata cinta dari ku?”
Iblis itu menunduk. Lalu mulai menangislagi kali ini menangis  seperti anak kecil yang ditinggal oleh ibunya dengan tersedu-sedu dan kaki yang mengayun-ayun sehingga sendal di tanduknya pun mulai ikut mengayun mengikuti langkah kakinya. Pemandangannya agak lucu sebenarnya, tapi ku tahan  segera karena aku berfikir apa yang ada di isi kepala merahnya itu.
"Hentikan tangismu! Kau bisa membangunkan seisi kampung!"
Setelah menarik napas panjang beberapa kali, tangisnya pun mulai reda . Ia menatapku dengan sorotan bintang yang menembak seolah olah meminta belas kasihan ku
"Boleh aku minta susu untuk menghangatkan tubuh ku?"
Tak masuk akal untuk apa si iblis minta susu? Aku pun menjadi curigaan janagn-jangan dia merencanakan pembunuhan
Bagaimana ini bimbang mulai melanda hati ku, Seandainya saja ada malaikat yang hadir di sini, mungkin aku bisa membantuku memilih jawabannya
Tapi apakah setiap kali Iblis datang  lalu menggoda manusia, terus  malaikat akan datang juga? Seperti saat ku tonton film kartun-kartun. Dimana ada gambaran sosok bersayap dengan warna putih  dan sosok bertanduk dua dengan warna merah  yang saling mempengaruhi?
Aku punmemincingkan mata, mencoba mencari sosok putih bersayap dengan lingkar putih melingkari kapalanya. Di pojok-pojok taman, atau sedang di ujung jalan. Sekali lagi ku tengok bawah kursi untuk mengecek  jangan-jangan malaikat sedang bersembunyi dibawah kursi. Tapi tidak ada tanda-tanda kedetanagnnya disana
Tanpa bantuan malaikat pun kuputuskan  untuk membuatkan segelas susu. Kuambil sisa susu yang tak habis ku minum dan kuberikan pada si iblis yang telah menunggu
Kusodorka gelas itu sambil berkata"setelah ini kau harus pergi dari taman ku!”
"Baiklah." katanya sambil mengambil gelas yang kusodorkan. Lalu ia pun mengembalikan salah satu sandal yang menyangktu
Aku mengenakannya tanpa melepaskan pandangan ku dari arahnya, saat kuperhatikan ia meminum susu yang telah dingan dan sisa dari aku!
Dengan Perlahan, dan sedikit sekali ia menikmati susu itu. Saat selesai kulihat susu itu tidak terlihat berkurang sama sekali
Sialan , makiku dalam hati. Sekali lagi aku tertipu oleh keahlian iblis . Dengan cara minumnya seperti itu, bisa lebih dari semalam. Dan tak pergi-pergi
"Terimakasih." katanya sambil memegang belas itu dengan kedua tangannya
"Aku tidak akan termakan permainanmu Iblis." sahutku kasar.
 "Kebaikanku memberikan susu bukan berarti aku suka pada  mu” Jadi sebaiknya kau cepat habiskan susu itu, lalu segera eyah dari hadapan ku”
Ia mengangkat tangannya sedikit menahan kata-kataku. "mengapa begitu kasar pada ku yang makluk lemah ini?"
"iblis lemah?." sahutku.
"Begitukah?" tanyanya -hampir pada dirinya sendiri
Kali ini aku sadar kemana arah pembicaaran san iblis ingin meminta belas kasihan pada ku dan berharap akupun mau jadi budaknya dan mencari pengikut yang lain
“tahu kah engkau, aku baru saja kehilangan semua yang ku punya, harta, tahta bahkan wanita! Hanya karena aku kalah dalam adu tanduk yang didakan tiap malam, tidak kah kau kasihan pada nasib ku ini?”
Ah, aku mengusir pikiran-pikiran yang muncul dalam benakku. Aku pasti sudah terjebak dalam permainan kata-kata si Iblis. Ia memang pandai. Sangat pandai. Bodohnya aku yang terus membiarkannya agar aku kasihan padanya!
"Kau hendak menggoda aku?" sergahku. "Jangan kau coba-coba. Aku tidak akan beralih jadi pengikut mu!."
"Aku hanya bertanya," sahutnya. "Mestinya kau berempati pada mahluk yang sedang dilanda musibah."
"musibah?" kataku sambil sedikit tertawa Aku sengaja mengatur nada suaraku agar terdengar sangat sinis.mana mungkin seekor atau seorang iblis yang dikenal denagn berbagai ilmu sihirnya terkena musibah
"Empati. Memang kau siapa,  korban bencana alam, kaum dhuafa, empati tentu saja wajib diberikan. Tapi tidak untuk kau! Seorang yang mempunyai ilmu sihir yang tinggi hingga bisa mempengaruhi manusia berbuat jahat! Bahkan dengan kekuatan yang kau miliki pasti kau akan mendapatkan nya lagi, bukankah kau juga raja iblis?”
“tidak semudah itu mendapatkan kembali gelar yang telah kudapatka berratus-ratus tahun yang lalu!”
Tapi dalam relung-relung benakku, terbersit pikiran kalau sang Iblis ini mulai terlihat belangnya. Lihat saja, ia tidak lagi menangis, dan mulai mencoba beretorika bahwa iblis pun mempunyai kelemahan dan tidak sepantasnya aku membencinya.
“terus apa yang kau mau dari ku?”
“aku hanya ingin kau tak membenciku”
“tidak membenci kau?selama ini kau pikir kau tak banyak merugikan manusia akibat bisikan kau yang menjerumuskan!”
“kau tak berhak menyalahkan aku saja, manusia saja yang berdaya dengan bisikan dan transfer kejahatan ku”
Tiba-tiba aku seperti tersadar. Bahwa sanggahnya itu salah barang tentu yang  bertanggung jawab atas campur aduknya semua itu, tentu adalah sosok di hadapanku ini! Sang iblis! Jadi bukan manusia yang jahat akan tetapi bisikan sang iblis yang tanpa bersalah membela semua pernyataan nya. Tapi Iblis ini benar-benar hebat. Otak kanan ku mulai mencerna pembelaan sang iblis. Lamunanku terhenti ketika Iblis dihadapanku mulai berkata-kata lagi.
 " Mengapa manusia harus membenci aku? Bukankah ini hanya my business lalu salah orang yang mau mendengarkan aku!." katanya dengan raut tidak berdosa.
Aku kehabisan kata-kata. Benar-benar sulit melawan pemikiran dan kata-kata Iblis. Aku mencari-cari dalam benakku kata-kata dalam buku manageman yang tadi ku baca untuk menjawab sang Iblistapi untung tak didapat malah tak ku temukan sebuah jawaban.
otakku masih buntu. Apakah ada yang bisa kugunakan untuk melawan kata-katanya? Ingin rasanya berteriak minta bentuan
Mungkin seharusnya ada rumusan untuk melawan iblis secara jelas. Semisal kekuatan cinta yang dimiliki sailormoon diajarkan pada ku biar bisa ku ayunkan tongkat ku lalu menghilanglah sang iblis dari hadapan ku
Tapi itu hanya kartun dari japang yang ku tonton tiap malam, lalau aku hanya disodorkan pada dongeng-dongeng, cerita-cerita, hikayat-hikayat dan harus menimba sendiri inti sarinya.
Pikiranku membangun puing-puing keyakinanku untuk menghadapi sang Iblis. aku perlu kepercayaan diri yang tinggi dan kecerdasan agar aku tak kalah dalam debat malam ini
Aku mulai tersenyum seiring tumbuhnya keyakinan baru. Kutatap wajahnya lekat-lekat, lalu ku tanyakan sebuah deskripsi
"Okelah, benar kau sedih karena manusia membencimu. Lalu apa maumu? Apakah benar kau ingin dicintai oleh manusia!"
"Aku... aku hanya ingin tidak dibenci. Itu saja."
"Bagaimana kalau kukatakan aku tidak membencimu. Apakah itu cukup menyenangkan mu?" sahutku dengan nada mempengaruhi agar dia lalu pergi. Tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benakku.
"Kalau manusia tidak membencimu apakah kau akan pensiun menjadi Iblis?dan beralih profesi?”
Hanya gelengan kepala yang ku dapati dan tertunduk diam Lalu dalam sekejap ia hilang tak berbekas. Hanya asap mengepul yang terlihat
Jam besar di dalam kamarku berdentang. Aku pun mulai merasakan sebuah kantuk lalu kuambil gelas tanpa isi dan kembali masuk rumah.